Pacaran? Emang Worth it?
Jawabannya bisa iya, bisa enggak, tergantung sudut pandang kalian ya… Menurut aku pribadi kalau ada tujuan akhir, misal pernikahan, itu bisa dipertimbangkan sih… Kalau Cuma buat untuk haha hihi kesana kemari, kayaknya aku enggak ada waktu buat itu, karena usia kepala dua tuh udah cukup matang kurasa.
Kalau mau ‘dekat’ pun, boleh aja. Tapi, wajib melibatkan orang tua, baik orang tuaku atau pihak keluarganya.
Bukan tanpa alasan, karena yang paling ditakutkan seorang manusia ketika menjalani hubungan adalah
“Hanya mencintai pasangannya aja, bukan keluarganya”
kalau sampai kayak gini bakalan jadi bencana, di masa mendatang. Pasangan dan keluarganya itu satu paket, kalau bisa menyayangi pasangan maka harus banget menyayangi dan menerima keluarganya juga. Ini udah paten, Fix no debat.
Aku juga pengen punya
Hubungan yang “power couple”
Harus punya tingkat kesetaraan dan keseimbangan yang baik antara kedua belah pihak.
Keseimbangan dalam hal apa aja?
1. Agama, aku nggak nyari yang alim banget masyaAllah. Karena aku juga enggak sebaik dan sesempurna itu. Aku cari yang bisa seimbang dan saling belajar menjadi lebih baik untuk kehidupan selanjutnya dalam hal agama.
2. Point of Interest atau daya tarik, hal ini erat kaitannya dengan kecerdasan, pola pikir, motivasi hidup, visi misi, daya juang, energi keduanya seimbang, tapi tentu dapat saling mengisi dengan kelebihan kekurangan masing-masing untuk menguatkan.
Aku gak pengen punya pasangan untuk dikuasai ataupun menguasai.
Paham kan?
Kekurangan pasangan dijadikan alasan buat mendominasi. Aku nggak mau itu. Tapi, kekurangan bisa sama-sama kita jadikan faktor bertumbuh untuk jadi lebih baik. Aku ingin pasangan yang bisa saling mendukung bukan menghambat dengan alasan ‘insecure’ karena egonya.
Aku pengen punya hubungan yang seimbang, nggak monoton, petualangan, bisnis, punya sisi romantic, persahabatan, petualangan, bertumbuh, dan juga berproses.
Cuma, hubungan yang seperti ini tuh nggak bisa sembarang, harus selalu dipupuk, diurus, dimanajemen, dan dijaga. Kalau nggak ya jadi bencana. Ngegantung enggak ada arah dan tujuannya.
Karena melibatkan pola pikir antarkedua kepala, yang dasarnya sama-sama visioner.
Keduanya harus bener-bener mengenal dan memahami pasangan, juga ‘timing’ emosinya.
Intinya sih, ngerti dan bisa ngertiin untuk saling gantian kapan untuk keras dan tegas, serta kapan untuk lembut.
Kalau tidak saling mengimbangi, waduhhh bisa kacau. Dua orang punya pemikiran sendiri, tegas, saling mempertahankan argumen atau menyerang, enggak ada yang mau ngalah, hancur dah!
Makanya butuh keseimbangan dan kestabilan biar bisa bertahan jangka panjang.
Ini adalah tipe hubungan yang membuat siapa pun yang menjadi pasangannya mampu berkembang jadi lebih baik, menurutku. Mencapai level potensi diri yang sangat tinggi. Bahkan melampaui ekspektasi.
Tapi untuk mencapai tingkat hubungan yang seperti ini butuh manajemen energi, emosi, serta waktu yang bagus.
Yaaa… Tapi itu yang sedang aku usahakan dan cita-citakan, tapi endingnya balik lagi semua bisa terjadi kalau Tuhan mengizinkan.
Stay Positive and Have a Nice day for ya!
Leave a Reply