talk with ya

Pure Experience. Pure Written.


Menghabiskan Waktu

Tempus fugit. Tempus edax rerum.

“Waktu berlalu. Waktu melahap segalanya”

Seperti yang kita tahu bahwa waktu tak pernah menunggu. Dia akan tetap berjalan maju, tak peduli apa yang telah berlalu. Beberapa orang menyadari itu, Sebagian lainnya acuh tak acuh menghabiskan waktu tanpa bergerak maju. Bicara tentang menghargai waktu mungkin terbesit di benak kalian tentang tepat waktu atau on time, menjadwalkan segala kegiatan, memanajemen segala hal, tidak menunda-nunda pekerjaan, dll. Tidak. Aku bukan membahas persoalan mainstream itu. Aku akan membahas cara menghargai waktu milik orang lain.

Ada frasa klasik yang bilang “waktu adalah uang” kutipan ini banyak diterima oleh sebagian orang. Namun, aku sendiri kurang setuju dan tetap beranggapan bahwa waktu lebih berharga daripada uang. Buktinya jika kalian pernah ikut seminar yang menghadirkan pengusaha-pengusaha dengan omzet luar biasa besar sebagai pemateri, pernah nggak kalian tanya panitia berapa uang saku untuk pematerinya? Well… Aku pernah diberitahu salah satu pemateri dalam suatu seminar wirausaha di kampus bahwa sebenarnya uang saku yang ia dapatkan dari hasil menghabiskan 1 jam waktunya untuk mengisi seminar jauh lebih rendah dibanding pendapatan dari perusahaannya selama 1 jam. Tak jarang pemateri-pemateri tersebut menolak “pesangon” dari panitia. Ada juga pemateri yang sekedar datang untuk menyampaikan materi, lalu bergegas pergi setelah sesinya selesai bahkan ketika seminar tersebut belum usai, karena ada kesibukan lain, janji pertemuan, dll. Lantas… Apa yang mereka dapatkan/inginkan dari kegiatan “menghabiskan waktu” tersebut? Beberapa ada yang memang ingin berbagi ilmu/pengalaman secara cuma-cuma, ada juga yang memang senang berbicara dihadapan banyak orang, ada yang senang bertemu dengan orang-orang baru, dll. Lihat? Menghabiskan waktu secara fungsi tidak melulu perihal untuk materi.

Begitu berharganya waktu bagi mereka. Lalu, bagaimana cara kita menanggapi waktu yang telah diluangkan orang-orang tersebut untuk kita? Jawabannya adalah memberikan apresiasi secara baik kepada orang tersebut. Apresiasi ini dapat berupa juga ikut meluangkan waktu untuk mereka juga dengan cara memperhatikan, tidak berfokus pada hal lain ketika orang tersebut meluangkan waktu untuk kita.

Sekedar berbagi cerita, pernah beberapa waktu lalu aku menemani temanku yang mau ke café disekitar tempat tinggalku. Waktu itu bertepatan sama kegiatan di luar kota. Kebetulan hubungan pertemanan kita ini lumayan dekat dan juga sudah lama kita tidak saling ketemu, akhirnya aku “iyain” dan reschedule kegiatan di luar kota itu (mumpung temanku ada waktu, pikirku) siang menjelang sore kita udah sampai di café yang kita tentukan. Belum sempat kami berdua duduk, di depan meja kasir kami disodorkan menu makanan dan minuman yang akan kami pesan. Setelah memesan, kami pilih tempat duduk yang telah disediakan. Aku ingat sekali waktu itu, kami pilih tempat duduk yang berhadap-hadapan. Hal pertama yang aku lakukan adalah mencoba membuka obrolan ringan seputar kesibukan apa yang sedang dia lakukan, gimana lingkungan barunya, dll. Belum sempat aku melontarkan sepatah kata ternyata gawainya sudah melenggang di atas meja. Aku lihat sorot tajam matanya fokus pada layar warna-warni, jempolnya pun ikut menari-nari hingga obrolan ringanku tidak dia tanggapi. Sesekali dia menanggapi dengan singkat, namun tatapannya tetap terpaku pada gawai yang dia genggam erat. Mulai dari membalas chat, video call, hingga nonton drama kesukaannya. Yups, aku dikacangi hahaha… Selama itu banyak sekali yang hinggap dipikiranku “Kenapa ya aku dikacangi? Apa aku telat jemput? Kyaknya engga. Apa nafasku bau? Engga juga, kan baru pakai moutwash+sikat gigi. Apa badanku bau? Perasaan sebelum kesini aku mandi dulu, bahkan parfum yang aku pakai lebih banyak dari biasanya” pikirku. Berlangsung begitu hingga waktu sore tiba dan masing-masing dari kami dituntun pulang oleh senja.

Waktu yang baru saja aku sisihkan terbuang sia-sia. Ingat ketika aku me-reschedule jadwal kegiatanku? Kebetulan aku juga salah satu penanggung jawab di kegiatan itu, hanya dengan mengganti jadwal saja, hal itu sudah melibatkan waktu banyak orang yang terlibat dengan kegiatanku. Andai saja kita dapat menghargai waktu, bukan hanya waktu kita sendiri namun juga waktu orang lain yang disisihkan untuk kita. Karena kamu tidak pernah tahu kesibukkan apa yang dia korbankan hanya untuk kamu. Aku sendiri berusaha semaksimal mungkin menghargai waktu orang lain. Contohnya ketika dalam suatu pertemuan dengan seseorang ataupun kegiatan-kegiatan lain yang sudah terjadwal, aku selalu mengaktifkan mode silent pada handphone dan menaruh handphoneku dalam keadaan terbalik (face-down) supaya aku tidak terdistraksi. Karena menurutku handphone adalah distraksi terbesar dalam melakukan segala hal. Bayangkan saja perasaan seseorang yang sudah meluangkan waktu, namun kamu sendiri malah sibuk dengan gawaimu.

Jadi, kesimpulan untuk tulisanku ini adalah untuk mengingatkan bahwa waktu terus berjalan, jangan sia-siakan. Selain harus menghargai waktu untuk dirimu sendiri, hargai juga waktu yang orang lain luangkan untukmu. Dengan cara tidak memecah fokusmu dengan hal-hal lain selain keperluanmu ketika bersama orang itu. Bukankah dalam hal beribadah pun Tuhan tidak suka jika kita memecah fokus ketika bertemu dengan-Nya? Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk membaca. Stay positive and have a nice day for ya!



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *