Di awal tahun baru ini aku mau nulis soal People Pleaser and why I quit being People Pleaser. Sebelum bahas lebih jauh, sebenernya apa sih people pleaser itu? People Pleaser adalah kecenderungan sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh seseorang untuk selalu bertindak/berkelakuan agar menyenangkan orang lain. Gak jarang orang seperti ini menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri. Seseorang dengan karakteristik seperti ini akan selalu merasa “tidak enak-an” terhadap orang lain, jadi susah buat menolak permintaan orang lain. Lucu, kan? Ternyata menyenangkan orang lain secara berlebihan bisa jadi masalah serius. And I swear, sifat/karakteristik semacam ini sulit banget dihilangkan.
Seseorang dengan sifat ini bakal takut untuk keluar dari zona nyaman atau lingkungan yang toksik karena dirinya merasa was-was atau takut dibenci. Dan ia akan lebih memilih nurut dengan standar sosial yang ada. Lalu gimana sih rasanya jadi seorang People Pleaser?
1. Mengalah tentang segala hal kepada semua orang
Aku terkadang selalu pura-pura setuju pendapat orang lain. Mendengarkan dengan sopan pendapat orang lain dan menerima pendapat tersebut. Tak jarang dalam berpendapat atau pengambilan keputusan, pada akhirnya ternyata keputusan dari aku yang paling tepat. Tapi, tak dihiraukan karena aku takut melukai perasaan orang yang ngotot dengan pendapatnya sendiri. And I end up pura-pura setuju. Tetapi berpura-pura setuju hanya karena ingin disukai dapat menyebabkan aku terlibat dalam perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai yang aku punya.
2. Selalu berpikir bahwa aku bertanggung jawab atas perasaan orang lain
Sebenarnya baik untuk mengenali bagaimana perilaku memengaruhi orang lain.
Tapi, untuk berpikir bahwa memiliki kekuatan untuk membuat orang lain bahagia ternyata adalah SALAH. Ternyata itu kebebasan masing-masing individu untuk bertanggung jawab atas emosi mereka sendiri.
3. Terlalu sering meminta maaf
Menyalahkan diri sendiri secara berlebihan dan takut kalau orang lain menyalahkan pendapatku.
4. Merasa terbebani oleh hal-hal yang harus aku lakukan
Merasa bertanggung jawab atas bagaimana caraku menghabiskan waktu. Aku terkadang dianggap selalu bisa diandalkan kapanpun dan dimanapun tanpa orang lain peduli apakah aku merasa keberatan atau tidak. Dimanapun kapanpun, sering aku berakhir begadang hanya karena tugas yang harusnya aku kerjakan tadi siang malah jadi aku kerjakan malam-malam karena ada temen yang minta tolong secara mendadak. Sering sekali jadwalku dipenuhi dengan kegiatan yang aku pikir dengan melakukan tindakan/menanggapi permintaan tolong orang lain hanya agar mereka tetap menganggap aku sebagai teman mereka. Sampai-sampai mengorbankan kepentingan atas diriku sendiri.
5. Gak bisa bilang “tidak”
80% orang yang datang ke aku dan memintaku buat melakukan sesuatu, jawabanku selalu bilang “ya”.
Aku selalu dibayang-bayangi kalau mereka akan marah sama aku jika aku bilang “tidak” pada permintaan mereka.
6. Merasa tidak nyaman jika ada seseorang marah disekitarku, meskipun tidak ada sangkut pautnya denganku sama sekali.
Karena memang sifat “tidak enak” ku, aku cenderung mewaspadai agar supaya aku tidak membuat orang lain marah. Tapi nyatanya hanya karena seseorang sedang marah, bukan berarti aku yang salah, kan?
7. Perlu pujian untuk merasa lebih baik
Harga diri seorang people plaser selalu bertumpu pada penilaian orang lain tentangnya dan akan merasa baik ketika orang lain memberinya pujian. Word of affirmation menjadi validasi diri.
9. Berusaha untuk menghindari konflik
Aku tidak ingin memulai konflik dan berusaha keras menghindarinya dengan segala cara, meskipun debat pendapat untuk membela hal-hal dan orang-orang yang aku Yakini. Meskipun itu harus mengorbankan nilai dalam diri.
10. Tidak mengakui ketika perasaan ketika terluka
Aku cuma punya 1 wajah dalam hampir semua emosi. Malu, marah, kecewa, sedih atau marah dan akan tetap menyangkal untuk menjaga hubungan tetap baik dengan orang lain. Lalu gimana cara buat berhenti dan gimana rasanya? Semuanya dapat dimulai dengan berpikir positif dan memupuk kepercayaan diri.
Aku dulu selalu mengarahkan pikiran negatif terhadap diri sendiri. Merasa tidak akan bisa survive jika tidak mengikuti kata-kata orang lain, atau menyenangkan orang-orang disekitarku.
Dulu aku takut banget ditinggalin sama temen. Takut kemana-mana sendirian, takut kalau aku dibenci. Jadinya aku menjaga banget sikap terhadap mereka, walaupun disisi lain saya berpikir,
“Kok mereka kyak gini ya sama gw? Kan gw udah ngelakuin ini itu, udah gini gini gini..”
SKIP OVERTHINKING!
Tapi sekarang, setelah aku berubah apakah teman-teman saya berkurang? Jelas dong, karena mungkin tidak cocok saja. Tapi jangan salah, aku justru sering didekati oleh orang untuk berteman loh. Ada saja yang mengajak main, ada aja teman baru.
Terus saya jadi berpikir kan.
“Oh ternyata, apa yang gw takutin selama ini salah. Justru dengan gw berusaha jadi diri sendiri akan lebih mudah mendatangkan orang-orang yang mau nerima gw apa adanya.”
Malah ada yang temanku bilang, berteman sama aku enak karena aku orangnya jujur wkwkwk. Soalnya aku blak-blakan banget orangnya. Kalau menurutku jelek ya aku bilang jelek, kalo aku bilang gak suka ya aku bilang sejujurnya. Meski ada beberapa teman yang pergi gara-gara sikapku itu. Kembali lagi ke poin yang atas tadi, mungkin teman-temanku yang pergi lebih prefer sweet lies, rather than bitter truth. Aku juga tidak bisa memaksa mereka untuk tinggal, kan?
Yang kedua, melatih kepercayaan diri. Dengan melatih kepercayaan diri bisa dilakukan dengan macam-macam cara. Misalnya, mengikuti lomba, berani tampil di depan umum, mulai berani menjawab pertanyaan guru/dosen/atasan, dan… berani mengatakan TIDAK sebagai bentuk penolakan terhadap sikap orang lain.
Misal, diminta pertolongan sama teman. Namun Kamu tidak ada waktu luang. Lalu Kamu berencana untuk meluangkan waktu dengan mengurangi waktu istirahat atau QTime-mu (misalnya), hanya supaya kamu bisa menuruti keinginan teman-temanmu.
Terdengar ribet sekali, padahal ada jalan pintas untuk mengatasi hal itu. Yaitu bilang TIDAK, jika ditanya kenapa ya bilang aja tidak ada waktu luang.
Kalau mereka tetap ngotot dan menyindir sikat aja dengan bilang
“Emang lo bisa bayarin gw berapa? Kalo cocok mah gaskeun!”
Bilang aja begitu. Belajar asertif sedikitlah jadi orang!
Belajar jadi tegas juga bisa buat orang lain punya respect terhadap kita. Kalau kamu selalu mencoba menuruti keinginan orang lain, nanti kamu akan tetap diperlakukan semena-mena oleh orang lain; seolah-olah kamu tidak ada harga dirinya.
Respect is earned, not given. Jadilah manusia dengan kepercayaan diri yang bagus dan bisa tegas menolak hal-hal buruk.
Segitu aja…
Stay positive and have a nice day for ya!
Leave a Reply